SMA IT NH

MENDIDIK DI ERA KIDS ZAMAN NOW DENGAN KEWIBAWAAN

Oleh : Mariyono Sandwi,S.Pd

Kids zaman now merupakan sebuah pelitiran bahasa dari "anak-anak jaman sekarang" memang sedang hangat diperbincangkan saat ini. Makna dari tiga suku kata tersebut sederhananya seperti ini, kalau anak-anak tidak melakukan hal tersebut bisa dikatakan anak-anak itu ketinggalan zaman. Hal tersebut yang dimaksudkan bisa apa pun. Entah makan disuatu cafe yang sedang hitz, menggunakan hape yang bermerek, drama dalam pertemanan, menyanyikan lagu yang sedang tenar, pacaran dan kejombloan, koreo dance yang keren atau joget yang lucu, pakaian, membuat atau menyebarkan meme ,berpergian dan lain-lain.

 “Kids zaman now” juga sering disebut Generasi Z, lahir rentang tahun 1995-2010. Lebih lanjut uraian tentang sosiologi generasi ini, bisa membaca pemikiran Karl Mannheim (1893-1947) yaitu dalam esainya berjudul “The Problem of Generations” (1923). Dia mengatakan, bahwa sebuah generasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari individu, yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, kemudian berpengalaman mengikuti peristiwa sejarah penting dalam suatu kurun waktu yang sama pula.  

Jika dilihat dari umurnya berarti generasi Z saat ini berumur 17-22 tahun. Usia anak SMA sampai mahasiswa. Dengan segala tabiatnya, generasi Z ini punya beberapa karakter. Mereka ingin kebebasan, tanpa aturan, suka dengan lagu-lagu percintaan, suka dance-dance, kreatifitas mereka luar biasa, dan ingin selalu mencoba hal yang baru. Generasi Z tidak pernah lepas dari gadget, beberapa dari mereka sangat suka game on line, kehidupan sosial mereka mereka sangat bergantung pada sosial media.

Generasi Z dengan berbagai kekhasannya terkadang membuat mereka sulit dinasehati dengan cara yang biasa-biasa saja. Harus ada trik khusus supaya nasehat kita bisa masuk kepada mereka. Secara fisik mereka mungkin sudah besar tapi sebenarnya mereka masih sangat membutuhkan nasehat dari orang yang lebih dewasa. Untuk itu peran orang tua dan guru sangat besar dalam mengarahkan generasi Z ke arah yang lebih baik. Mungkin ada satu kata kunci untuk dapat memasuki dunia mereka yaitu kewibawaan. Dengan kewibawaan maka anak-anak  akan bisa dengan sadar melakukan sesuatu yang kita inginkan.

Kewibawaan atau adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar, dengan tidak terpaksa, dan tidak merasa/ diharuskan dan luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti  semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.

Guru yang mempunyai kewibawaan lebih dibandingkan yang lainnya biasanya akan bisa mempengaruhi siswa secara masif. Anak anak merasa percaya dan nyaman dengan guru tersebut. Jika anak sudah percaya dan nyaman maka ketika guru menasehati tentang penggunaan HP untuk hal-hal yang positif maka siswa akan menurutinya dengan sukarela. Begitu juga ketika guru menasehati siswa untuk menjaga pergaulan maka siswa akan menjaga dirinya dari pergaulan bebas yang marak dilakukan generasi Z.

Bagi para pendidik, wajib memiliki kewibawaan supaya dapat mempengaruhi siswa. Ditinjau dari daya mempengaruhi seseorang, kewibawaan dapat dibedakan menjadi;

  1. Kewibawaan lahir

Kewibawaan lahir adalah kewibawaan yang timbul karena kesan-kesan lahiriah seseorang, seperti bentuk tubuh yang tinggi besar, pakaian lengkap dan rapi, tulisan yang bagus, suara yang keras dan jelas, akan menimbulkan kewibawaan lahir.

Mungkin untuk bentuk tubuh sulit untuk dipenuhi karena pembawaan dari lahir, tetapi untuk yang lainnya masih bisa diusahakan. Pakaian yang bersih, rapi, dan warnanya sesuai antara atasan dan bawahan akan dapat meningkatkan kewibawaan guru. Tulisan yang rapi, tegas, tidak terlalu kecil, dan percaya diri dalam menuliskannya di papan tulis akan dapat juga meningkatkan kewibawaan guru. Suara lirih pun tetap bisa dilatih sampai bisa bersuara yang jelas dan lantang di depan siswa. Suara yang keras dan jelas akan meningkatkan kewibawaan guru. Jika guru sudah memenuhi beberapa hal tersebut maka siswa akan cenderung memperhatikan guru yang bersangkutan. Siswa akan menganggap bahwa gurunya elegan, nasehatnya pasti bersifat membangun.

  1. Kewibawaan batin

Kewibawaan batin adalah kewibawaan yang didukung oleh keadaan batin seseorang seperti :

  1. Adanya rasa cinta

Kewibawaan itu dapat dimiliki oleh seseorang, apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada seseorang lain. Sebagai seorang pendidik, rasa cinta dan kasih sayang kepada siswa harus selalu ada. Guru sebagai orang tua di sekolah. Generasi Z sangat memerlukan kasih sayang di sela-sela keegoisan mereka. Mereka butuh perhatian lebih. Perhatian yang penuh dengan kasih sayang. Rasa cinta yang dimiliki seorang pendidik akan bisa dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Semakin besar rasa cinta dan kasih sayang guru kepada siswanya maka akan semakin mudah guru mempengaruhi siswa untuk selalu melakukan pembuatan yang baik.

  1. Adanya rasa demi kamu

Demi kamu atau you attitude, adalah sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan orang yang memerintah, tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah, menganjurkan demi orang yang menerima anjuran, melarang juga demi orang yang dilarang. Misalnya ada seorang guru yang memerintahkan anak didiknya belajar dengan keras dalam menghadapi ujian, bukan agar dirinya mendapatkan nama karena anak didiknya banyak yang lulus, melainkan agar anak didiknya mendapatkan nilai yang bagus dan mudah untuk meneruskan sokolahnya. Contoh lagi misalnya siswa di larang membuka situs pornografi, larangan itu jangan sampai bertujuan supaya gurunya tidak getahnya atau supaya gurunya mendpatkan predikat guru yang peduli dengan anti pornografi tapi dijelaskan kepada siswa bahwa situs tersebut akan merusak siswa. Larangan ini dilakukan semata-mata demi masa depan siswa.

  1. Adanya kelebihan batin

Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan obyektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin.

Sebagai seorang guru pantangan untuk melakukan labelisasi. Jangan sampai guru menganggap anak didiknya ada yang nakal, jahat, bandel, suka berbohong dan lain sebagainya. Labelisasi seperti itu harus dihilangkan. Hal itu harus dilakukan supaya guru mempunyai kelebihan karakter yang baik. Selalu positif thingking pada siswa.

Ketika ada siswa yang suka dengan game on line maka guru harus bersikap bijak ketika menjumpai si anak sedang melakukan game on line. Kecanduannya pelan pelan harus disembuhkan, siswa jangan langsung dihukum dengan berat, siswa bisa antipati kepada guru yang memberi sanksi dengan berat. Sebaliknya, siswa akan mendengarkan nasehat guru yang mau mengerti tentang kondisi dirinya yang sebenarnya ingin berubah Cuma belum bisa menemukan caranya lepas dari kecanduan.

  1. Adanya ketaatanya kepada norma

Ketaatan pada norma menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah dibuat dan selalu disiplin. Guru yang memiliki ketaatan pada norma baik norma agama, kesopanan, kesusilaan, dan hukum maka cenderung akan dihormati siswa. Guru yang taat pada norma agama sering disebut guru yang alim. Guru ini biasanya lebih bisa mempengaruhi siswa karena siswa yakin bahwa guru tersebut pasti menyampaikan tentang kebaikan.

Dalam pendidikan, dari dua macam kewibawaan yang ada itu, yang tua maupun guru harus memiliki kewibawaan batin. Walaupun begitu tidak berarti bahwa kewibawaan lahir atau penampilan luar dari pendidik boleh diabaikan, seperti: tulisan di papan tulis rapi, berpakaian rapi, yang semuanya ini merupakan kesan-kesan luar, yang sangat membantu terlaksananya pendidikan, meskipun semua ini saja belum mencukupi.

Pada umunya disepakati bahwa kewibawaan  batin lebih dibutuhkan oleh para pendidik dalam menjalakan tugasnya. Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan artinya jika tidak ada kewibawaan ini segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti secara suka rela oleh anak didik. Sebaliknya jika kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dan pendidikan tidak mungkin dituruti oleh anak didik. Sehingga tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilangan predikatnya sebagai pendidik. Tetapi ini bukan berarti bahwa pendidik itu harus melaksanakan kewibawaan itu secara ajeg kepada anak didik sepanjang masa, melaikan harus selalu disesuaikan dengan keselarasan bertambahnya kedewasaan anak didik

Menurut M.J Langeveld ( 1980:49-65) dalam hubunganya dengan anak didik, kewibawaan pendidik akan tertentukan oleh berbagai faktor yaitu :

  1. Kasih sayang terhadap anak didik
  2. Kepercayaan bahawa anak akan mampu dewasa
  3. Kedewasaan
  4. Indentifikasi terhadap anak didik
  5. Tanggung jawab pendidikan

Pendidik lama kelamaan harus mengurangi kewibawaanya, hal ini berarti, bahwa semakin lama anak semakin diberi kesempatan untuk berdiri sendiri. Kewibawaan seorang guru lambat laun harus dikurangi supaya siswa nantinya bisa tumbuh dewasa dengan mandiri. Bisa memanfaatkan gadgetnya dengan baik, bisa menjaga pergaulan, bisa memanfaatkan media sosial untuk sesuatu yang positif, pakaiannya selalu terjaga, dan komunitasnya juga selalu dalam kebaikan

Sehubungan dengan penerima norma, kiranya perlu dipaparkan bagaimana proses penerimaan norma itu oleh anak. Tahap-tahap proses penerimaan norma adalah, sebagai berikut:

  1. Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu, yang selalu dilihatnya melaksanakan norma itu. Pada mulanya anak berpikir, tindakan itu adalah baik, karena dilakukan oleh pendidikannya, dan tindakan adalah tidak baik, karena dilarang oleh pendidik.
  2. Anak kemudian akan mengerti bahwa tindakan-tindakan itu atau tingkah laku pendidiknya itu adalah diatur oleh sesuatu yamg disebut norma.
  3. Setelah anak dapat melihat norma terlepas dan sipendukung norma, maka tindakan atau tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma, selalu dibandingkan dengan norma yang diketahui anak, juga dengan peraturan atau norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.
  4. Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma itu dengan sukarela.Tetapi bila anak didik tahu bahwa tindakan atau perbuatan pendidik itu cocok atau bahkan bertentangan dengan norma yang dinasihatkan, maka anak didik akan menolaknya, dan tidak akan melaksanakan noma itu.

Dengan demikian. Maka dapat dikatakan bahwa, perkembangan kewibawaan anak didik ditandai dengan tumbuhnya kepercayaan. Dimana hal ini merupakan syarat teknik pergaulan yang juga merupakan “prototype” kewibawaan dalam berbagai lingkungan. Dalam lingkungan pendidikan, kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik mempunyai dua arti:

  1. Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik itu.
  2. Bahwa kepercayaan itu merupakan tempat sumber bagi anak didik untuk tumbuh dan berkembang.

Fungsi kewibawaan dalam mendidik generasi Z ialah membuat si anak mendapat nilai-nilai dan norma-norma hidup yang benar. Keteladanan yang baik dapat membuat generasi Z memiliki model yang bisa dicontoh yaitu gurunya sendiri. Generasi Z tidak akan menuruti siapapun kecuali kepada guru atau orang tua yang memiliki kewibawaan yang lebih.

 

 

Biodata Penulis

Nama                  : Mariyono Sandwi, S.Pd

Nama Akrab         : Mario San

Nama Panggilan   : Pak Mario

TTL                     : Surakarta, 29 Agustus 1982

Tempat Mengajar : SMA IT Nur Hidayah Sukoharjo

Istri                    : Ervi Ary Listyani Wahono, S.Pd

Anak                  : Farah Asysan Syifa (San Syifa)

                           Afuuza Muhammad San Benua (San Benua)

                           Ammarylla Hafa San Sabiya (San Sabiya)